Catatan Kecil Makassar – Toraja

“Perjalanan Makassar – Toraja”

  1. A.     Wilayah kabupaten Barru, Pangkep dan Pare -Pare

Perjalanan dari kota Makassar Menuju Tanah toraja melewati Jalan trans sulawesi (jalan utama yang menghubungkan antara kota satu dengan kota lainnya di seluruh tubuh Pulau Sulawesi). Dari Makasar  ke Toraja terdapat beberapa wilayah Kabupaten yang menawarkan pemandangan alam yang mengaggumkan, misalnya saja sepanjang Kabupaten Barru dan Pangkep dimana kita bisa menikmati deretan bukit bukit karst (gamping) dan di balik bukit-bukit kapur itu, menjulang tinggi Gunung Bawakaraeng, yang puncaknya selalu tertutup awan. Kawasan ini memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai tempat istirahat yang bebas dari kebisingan kota dan gangguan masyarakat.

Kurang lebih 70 kilometer ke arah utara Kota Makassar (Sulsel) terdapat wilayah kecamatan yang tekstur perkampungannya masih kuat karena terdapat banyak rumah-rumah panggung berdiri di sepanjang jalannya, kecamatan ini bernama segeri (Kab pangkep). Kecamatan ini juga mudah ditandai karena sepanjang jalan poros Segeri banyak berjejer penjual penganan khas bernama dange. Kecamatan ini juga mempunyai potensi wisata budaya sebab di wilayah inilah dikenal sebuah komunitas bissu yang disebut sebagai ‘Bissu Dewatae’.

Catatan tambahan :

  • Memasuki wilayah pantai Kabupaten pare pare terdapat sebuah objek yang unik yaitu pohon kelapa bercabang 5
  • Wilayah Barru, Pangkep dan Pare sangat berpotensi untuk pengembangan wisata bahari

 

  1. B.     Wilayah kabupaten Sidrap (Sidendreng – Rappang)

Secara geografis Kabupaten Sidenreng Rappang terletak dijalur lintasan tujuan daerah wisata yang utama di Sulawesi Selatan, yakni Kabupaten Tanah Toraja (Tator), sehingga Kabupaten ini sangat besar peluang untuk menarik wisatawan untuk singgah. Kabupaten ini merupakan daerah penghasil beras. Memang sepanjang wilayah Sidrap kita akan banyak menjumpai hamparan sawah di sisi kanan dan kiri jalan. Pengembangan sektor Pertanian tanaman pangan ini memberikan suatu peluang bagi Kabupaten Sidenreng Rappang, yang perekonomiannya berbasis pada sector pertanian, yaitu  pengembangan potensi agro wisata di sidrap. Selain itu telah terdapat sebuah objek wisata lokal yaitu Taman rekreasi Datae. Lokasinya berada di perbukitan Kelurahan Lawawoi, Kecamatan Watangpulu, atau poros Makassar-Sidrap, sekitar 17 km dari kota Pangkajene, Sidrap. Taman rekreasi ini berlatar belakang pegunungan dan terdapat bangunan-bangunan rumah adat.

  1. C.     Wilayah Kabupaten Enrekang

Kabupaten Enrekang terletak kurang lebih 200 Km sebelah utara kota Makassar. Kabupaten ini pada umumnya mempunyai wilayah Topografi yang bervariasi berupa perbukitan, pegunungan, dan sungai . Daerah pegunungan enrekang yang cantik mempunyai daya tarik tersendiri sebagai jalur lintasan menuju Toraja. Dari pegunungan di Enrekang kita juga dapat melihat bentangan sungai yang mengalir di bawahnya. Sungai saddang adalah salah satu sungai di Kabupaten enrekang, Sungai ini mengalir hingga ke tanah toraja bahkan ke arah Pollewali mandar (polman) Prov Sulbar. Sungai Saddang juga memiliki potensi besar untuk pengembangan wisata alam dan olah raga air. Ketika melintasi Kabupaten Enrekang yang didominasi area pegunungan ini menuju toraja, kita akan melewati sebuah kebun raya (botanical garden) yaitu kebun raya enrekang yang terletak di Desa Batu Mila Kec. Maiwa Kabupaten Enrekang. Kebun Raya Enrekang dapat ditempuh dengan 5 Jam Perjalanan darat dari kota Makassar.

“Kabupaten Tanah Toraja”

  1. A.     Desa Sillanan

Sillanan adalah sebuah perkampungan adat tua masyarakat Toraja (menurut pak rante sillanan telah dihuni semenjak tahun 1036 atau sekitar 976 tahun yang lalu). Secara administratif, perkampungan ini masuk ke wilayah Dusun Tondon Desa Sillanan, Kecamatan Mengkendek, Kabupaten Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan. Warga Desa silanan sebahagian besar berprofesi sebagai petani kopi dan menurut narasumber sebelum masuknya agama orang orang toraja menganut paham animisme dan kepercayaan asli tersebut bernama Parandangan.Di tempat ini terdapat bangunan-bangunan megalit berupa menhir maupun kubur batu, diantaranya ada berupa menhir perjanjian antara raja bone yang bernama Aruntapo dengan orang orang Toraja yang berisi perdamaian antara Bone – Toraja. Beberapa rumah tongkonan dan alang (lumbung padi) yang berusia sangat tua pun masih bisa ditemukan di sini, bahkan menurut pak rante di sillanan ini masih ada rumah pertama orang Toraja yang di sebut rumah di tokke’ atau rumah yang mengambang. Tongkonan merupakan rumah adat masyarakat Toraja. Kata “tongkonan” berasal dari bahasa Toraja yaitu “tongkon” yang berarti duduk. Tongkonan merupakan rumah yang diwariskan secara turun temurun oleh keluarga atau marga suku Toraja. Bagian dalam rumah dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian utara, tengah dan selatan.

???????????????????????????????

Di desa Sillanan juga terdapat peninggalan sejarah berupa benteng Pertahanan Silanan yang bernama Tangdi Rompo di puncak bukit batu Silanan.Benteng ini menurut Pak rante terbuat dari batu gunung asli yang disusun rapi. Benteng-benteng ini digunakan masyarakat Silanan untuk mempertahankan diri dari serangan musuh, baik saat perang antar suku di Toraja maupun perang-perang melawan  pasukan dari luar Toraja termasuk Belanda. Untuk mencapai lokasi benteng ini harus menempuh satu hari satu malam berjalan kaki dari desa sillanan.

Bubunna tintiri buntu (Sumur Gunung Tintiri), Di Sillanan juga terdapat sebuah Sumur adat untuk mengambil air suci, usianya diperkirakan sama dengan usia perkampungan adat tua Silanan. Sumur adat yang juga berfungsi sebagai obat ini, kata pak Rante, tidak pernah kering meskipun wilayah Toraja dan sekitarnya dilanda musim kemarau panjang. Sumur ini mempunyai kisah-kisah magis tersendiri, Menurut Cerita pak Rante konon terdapat seekor belut raksasa dibawah sumur ini dan simbol wanita yang terdapat dimur ini diyakini sebagai penjaga sumur tersebut, bahkan si pembuat patung wanita tersebut sampai meninggal dan kehilangan keturunannya karena memahat wajah wanita penjaga sumur gunung tintiri ini.

Catatan tambahan :

  • Di desa sillanan terdapat 4 buah fasilitas penginapan (home stay) bagi para pengunjung.
  • Terdapat sitem yang menarik ketika masyarakat sillanan menentukan pemukiman, mereka selalu menempatkan Liang / kuburan di sebelah baratnya, dan rante / atau tempat pelaksanaan upacara kematian di sebelah timurnya dan di tengah-tengahnya adalah pemukiman.
  • Ada sebuah pernyataan menarik yang diungkapkan oleh pak rante ketika ditanyakan kenapa orang-orang toraja memilih dimakam pada gua gua dalam tebing, katanya seseorang pernah bermimpi bahwa dari sana mereka langsung bisa pergi kelangit
  • selain menggunakan liang untuk penguburan juga terdapat patane’ yang merupakan kuburan yang berbentuk rumah tanpa jendela dengan pintu yang tidak boleh menyentuh tanah karena disanalah mereka menyiratkan simbol perbedaan alam manusia dan ruh.

 

  1. B.     Referensi olah raga tradisional/non tradisional yang dapat dikembangkan dalam item festival toraja (diskusi bersama agus Lamba)

???????????????????????????????

  • Sepak takraw
  • Arung jeram di sungai maiti yang merupakan batas makalle dengan rantepao
  • Paket lintas alam dengan 1 tim sebanyak 7 orang. Sebelumnya Agus lamba pernah mengelola kegiatan lintas alam dengan peserta mencapai 30 tim
  • Permainan pada saat perayaan / syukuran ; Sisemba’ (sepak kaki) dan sisamba’ (permainan cambuk cambukan menggunakan lidi)
  • Sepeda : Mountain bike dan fun Bike di wilayah mengkendek
  1. PA’POMBANG/PA’BAS (catatan dari perayaan natal di gereja toraja)
    ???????????????????????????????
    Inilah musik bambu yang dimainkan seperti satu simponi orkestra dan dipimpin satu orang dirigen. Dimainkan oleh banyak orang dari segala jenis usia dalam satu kelompok. Musik bambu jenis ini sering diperlombakan pada perayaan perayaan seperti HUT proklamasi, HUT Tanah Toraja, natal dll.Musik bambu ini bisa membawakan lagu-lagu nasional, lagu-lagu daerah Tana Toraja, serta lagu-lagu gereja. Musik bambu ini sangat berpotensi digarap sebagai large wind orchestra dengan musik bambu toraja.

 

  1. D.    Museum Buntu kalando

Museum Buntu Kalando terletak di atas bukit Sangalla. Merupakan bekas istana Puang (raja) Sangalla . Di depan museum terdapat lima lumbung padi sebagai ciri istana/rumah adat Toraja.

Dalam bahasa Toraja, buntu berarti batu dan kalando berarti bukit

Lokasinya cukup luas, terdiri dari satu bangunan Tongkonan induk dan beberapa bangunan lumbung padi (alang) di depannya. Di sisi kiri dan kanan bangunan Tongkonan, juga ada bangunan yang digunakan sebagai tempat tinggal.

???????????????????????????????

Museum Buntu Kalando sendiri adalah sebuah kompleks permukiman, yang pada zaman dahulu digunakan sebagai istana raja Sangalla. Bangunan Museum ini bercorak sangat tradisonal. Beberapa koleksi museum Buntu Kalando antara lain :

  • Manik manik prasejarah
  • Gelang gelang perak
  • Lesung batu
  • Mata uang logam dan uang kertas asing
  • koleksi keramik yang berasal dari Cina dan jepang
  • peti barang yang terbuat dari anyaman rotan dan kayu, berbentuk bulat
  • kain tradisional, pakaian adat Sangalla
  • koleksi pakaian dan peralatan perang
  • Koleksi alat alat kesenian seperti suling, gendang, kecapi, Pakesso kesso dll

Catatan tambahan :

Kondisi Museum ini cukup memprihatinkan, pengelolaannya pun perlu mendapat perhatian serius dari pihak pemerintah daerah.

  1. LONDA

Objek wisata Londa terletak di desa Sandan Uai. Londa adalah kuburan yang berupa gua alam. Kuburan ini terdapat pada sisi batu karang terjal , salah satu sisi dari kuburan itu berada di ketinggian dari bukit yang mempunyai gua yang dalam dimana peti-peti mayat di atur dan di kelompokkan berdasarkan garis keluarga. Londa berwujud sebuah tempat pemakaman dari bebatuan kapur dimana terdapat banyak deretan tau-tau / orang orangan di sepanjang dasar dinding bukit sementara tulang dan tengkorak serta erong / peti banyak berserakan di dinding dalam goa. Menurut narasumber (pak tato) semenjak tujuh ratus tahun lebih  Londa telah digunakan sebagai makam. Disini juga terdapat erong yang telah berusia 400 tahun.

Menurut adat Tana Toraja, setiap jenasah di Goa Londa yang dimakamkan melalui upacara adat tertinggi akan dibuatkan replikanya dalam bentuk patung yang dinamakan tau-tau lengkap dengan pakaian adat Toraja sedangkan mayatnya disemayamkan dalam peti mati khas yang disebut erong. Seringkali juga pada tau-tau disertakan benda kesayangan dari sang mendiang, seperti makanan, rokok dan sebagainya. Posisi erong pun dibedakan menurut status sosialnya. Semakin tinggi letak erong pada dinding gua semakin tinggi pula status sosialnya di masyarakat Tana Toraja.

???????????????????????????????

Pak tato sempat menceritakan tentang sepasang tulang belulang laki laki dan perempuan (lobo dan andui) yang gantung diri bersama karena hubungan mereka berdua tidak direstui keluarga sebab mereka masih sepupu dekat

Catatan tambahan :

  • Untuk bayi yang belum memiliki gigi akan dimakamkan didalam pohon atau digantung dengan tali disisi tebing
  • Di londa adalah pemakaman khusus untuk 1 marga saja yaitu marga Tolengke.
  • Lemo adalah kuburan batu yang dipahat
  • Batu tumonga adalah batu batu yang di jadikan tempat pemakaman.

Catatan tambahan :

  • Terdapat juga kekhawatiran mengenai bangunan bangunan jika pembangunannya tdk ditata sedemikian rupa maka akan menggangu spot untuk menikmati pemandangan alam toraja
  • Beberap ritual penting dalam suku toraja sangat bergantung dengan matahari, misalnya kawinan,sukuran itu pelaksanaannya pada saat matahari menanjak (Rambu tuka) sementara upacara kematian dilaksanakan pada saat matahari menukik ke bawah (rambu solo)

Izat Gunawan, dan dari berbagai sumber

By iziydenarbeideran Posted in journey

TENTANG FESTIVAL BUNYI BUNGI

FESTIVAL BUNYI BUNGI 2013,

Mengeksekusi Mimpi dan Geliat Ekspresi

 

  1. A.   Semacam Pengantar FBB 2013

Nilai ekspresi  yang dikandung oleh sebuah karya seni menjadi nilai yang kemudian mampu bertindak sebagai pembeda antara kreator seni yang satu dan yang lainnya. Sedikit berbeda dengan proses pencapaian estetika karya seni yang memang menuntut persepsi serta daya nalar sebagai alat ukur menuju titik estetika itu sendiri, pada sisi ekspresi bukan konsep pemikiran yang memainkan “peran utama” melainkan emosi, atau sebutlah dia sebagai intusi. Situasi inilah yang memicu perbedaan perbedaan karya sekalipun dia berdasar pada kaidah estetika yang sama. Sebab Peranan ekspresi seorang pengkarya akan sangat menentukan sejauh mana pengembaraan penafsiran dia terhadap dasar gagasan maupun azas estetik yang ingin dicapai.

Dalam perkembangan kesenian modern kita sering menemukan realita bahwa kebebasan ekspresi begitu disanjung dan sangat menonjol, bahkan kaidah  kaidah estetik lama tidak lagi digunakan seutuhnya sebab dalam proses kreatif yang dijalani, kreator lebih cenderung dapat menemukan kaidah estetis yang dianggap lebih sesuai dengan garapannya. Lewat pertimbangan pertimbangan yang berawal dari subjektivitas individu pengkarya inilah kemudian lahir patron patron baru dalam pengkaryaan. Tak perlu sedini mungkin menjadi teori teori yang mengandung inovasi dan universal, yang jelas kebebasan ekspresi sangat memungkinkan menjadi pemicu bergulirnya pembaharuan metode dalam menciptakan karya.

Barangkali yang perlu kita camkan bahwa seliar apapun eksperimentasi dalam proses penciptaan akan lebih bijak jika dia tetap berpijak pada akarnya. Menafsir ungkapan ini akan menempatkan kita pada posisi yang unik, dimana rasa bijak dan liar bercampur satu dalam diri kita. Saya menyebutnya sebagai “kebebasan yang arif”. Persoalan takaran mana yang akan mendominasi rasa dalam karya kita, itu akan bergantung lagi pada tekhnis,cara pandang serta kebutuhan kita terhadap dua hal tersebut ; Bijak dan Liar. Sekali lagi tak ada alat yang mampu mengukur tentang tepat atau tidaknya emosi seni, sebab itulah saya lebih bersepakat bahwa tak ada salah benar dalam pencipataan (baik metode maupun hasil). Satu satu nya kesalahan adalah ketika kita sudah mengangkat bendera putih kemudian berkata “saya pensiun berkarya” atau “saya adalah veteran panggung”.

  1. B.   TENTANG VESTIVAL BUNYI BUNGI

          (Kesenian, Pemuda dan Lokalitas)

Kesenian dalam bentuk pertunjukan maupun rupa merupakan media efektif untuk mengasah segala bentuk kecerdasan emosi yang memang hakikinya telah dimiliki oleh setiap manusia termasuk para generasi muda. Menyoal kaum muda, mereka adalah generasi yang cenderung memiliki potensi emosi yang agresif bahkan labil. Potensi emosi tersebut kemudian akan menjadi dasar bagi setiap gerakan gerakan dan lompatan pemuda. Dengan situasi ini, maka yang dibutuhkan sesungguhnya adalah media pengarah agar gerakan dan lompatan yang dicerminkan lewat pola laku ini dapat tertuju pada  hal-hal yang mempunyai spirit positif. Kesenian adalah salah satu hal yang dapat menjawab tantangan ini dengan riil, sebab untuk melahirkan karya dalam kesenian tidak hanya dituntut sebatas kemampuan individu secara tekhnis dalam mengolah dirinya untuk memenuhi kebutuhan keterampilan namun juga bagaimana kemudian setiap kelompok maupun individu memiliki kemampuan konseptual dalam mendeskripsikan dan menuangkan gagasannya kedalam betuk karya. Spesifiknya, bahwa fungsi seni adalah  menjadi media cerna kehidupan sekitar bagi para pekerjanya.

Sifat kesenian yang mengandung unsur dinamisasi yang begitu tinggi juga akan mengajarkan bagi setiap pelakunya untuk terus melakukan penafsiran serta pemaknaan terhadap setiap jengkal arus globalisasi, Sifat dinamis ini jugalah yang tidak pernah membuat kesenian statis dalam satu bentuk baku karena diakibatkan oleh kedalaman kreatifitas pekerja seni itu sendiri. Kreatifitas tidak akan mengenal siapa, dimana dan berapa jumlah orang orang yang melakukan prosesnya. Dia akan datang bagi setiap orang yang menginginkan dia untuk datang. Kemauan dan kesadaran untuk mengembangkan kreatifitas inilah yang kemudian menjadi dasar pemikiran kami untuk menggagas sebuah peristiwa kebudayaan lewat moment moment kesenian yang bersandar pada nilai lokalitas.

Bungi dalam defenisi lokal masyarakat kaili berarti sebuah daratan yang terbentuk karena surutnya air sungai lalu kemudian lahan tersebut difungsikan sebagai area perkebunan tradisional,tambang pasir bahkan pemukiman penduduk. Secara geografis wilayah kabupaten Sigi hingga kota palu terbelah oleh aliran sungai dan anak anak sungai, ketika tiba musim kemarau maka penduduk lokal yang daerahnya dialiri sungai akan menggunakan jalan air yang telah mengering untuk berkebun. Hal inilah menyebabkan hampir disebahagian besar desa desa kabupaten Sigi dan beberapa wilayah kelurahan di Kota Palu memiliki bungi.

Bungi sangat dekat dengan sistem kehidupan sosial masyarakat kaili. Mulai dari sistem pertanian,kekerabatan sampai pada kebudayaan, dimana masyarakat kaili mempunyai ritual yang sangat bergantung pada aliran sungai seperti no ra keke,no ra binangga pompaura dan lain lain. Kenyataan terhadap dekatnya keberadaan bungi dengan pola hidup masyarakat lokal kemudian mengilhami gagasan pelaksanaan “Festival Bunyi Bungi”. Dalam festival ini, bungi akan menjadi sebuah titik awal penciptaan dari karya karya yang akan di presentasikan dalam Festival Bunyi Bungi. Bungi akan menginspirasi pengkarya dan sebaliknya pengkarya akan mengapresiasi segala sesuatu yang berhubungan dengan bungi. Tidak hanya sisi kebendaan atau fisik dari bungi tapi segala bentuk peristiwa yang kemudian menjadi ciri maupun kebudayaan masyarakat sekitar bungi tersebut.

Dalam Festival bunyi bungi tidak ada batasan tafsir terhadap bungi. Bentuk pertunjukan yang lahir dari hasil interpretasi tersebut pun diharapkan terbebas dari patok patok yang kadang mengikat ketika kita hendak melakukan eksperimen apapun terhadap segala peristiwa yang bersangkutan dengan bungi.

Barangkali ini dulu yang bisa saya deskripsikan terhadap gagasan awal penyelenggaraan Festival Bunyi Bungi. Semoga gagasan ini mampu menjadi media untuk mengeksekusi mimpi atas kondisi kami di tanah Sigi sekaligus geliat seninya kedepan. Kami yakin, dengan menyaksikan parade ekspresi dari kawan kawan penyaji akan menjadi media pembelajaran terhadap kekayaan metode penggarapan karya seni. Salam Budaya,Salam Kreatif !!!

IMG_7829

Founder & Artistic Directer FBB,

Izat Gunawan.

lihat juga link lainnya ttg FBB

http://www.stepmagz.com/2013/02/festival-bunyi-bungi/

http://icheenn.blogspot.com/2013/01/festival-bunyi-bungi-2013.html

http://www.antarafoto.com/seni-budaya/v1361018430/festival-rano-bungi-bunyi

http://beritapalu.com/category/2-seni-budaya.html

http://beritapalu.com/category/2-seni-budaya.html

http://www.antarafoto.com/seni-budaya/v1361018422/festival-rano-bungi-bunyi